Pemilik Ram Peron Sentosa Sebut Pembelian Sawit Modal Sendiri

MI, INHU – Pemilik Ram Peron di Indragiri Hulu, Riau Sentosa Riyan mengatakan, pembelian Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit milik masyarakat Desa Rimba Seminai, Rakit Kulim adalah dengan modal pribadi.

“Usaha itu bekerjasama dengan  Egon Sipahutar dan dijual kepada pabrik yang harga tinggi,” katanya di Rengat, Kamis.

Masyarakat Rakit Kulim memiliki banyak kebun sawit, hasil panen dibeli dan ditampung untuk dijual kembali ke pabrik.

Usaha ram peron membeli dengan harga tinggi, sehingga petani sawit lebih suka menjual hasil panen di Ram peron. Petani akan untung dan proses jual beli lebih lancar.

Sedangkan, untuk pembelian TBS milik masyarakat Rimba Seminai, tidak ada pasokan dana dan atau bantuan modal dari salah satu PKS.

“Dengan modal yang kami miliki, sudah bisa dan cukup untuk membeli sawit warga, tidak perlu pinjam sana sinilah,” ujar Riyan.

Riyan menegaskan, ada sekitar enam Ram Peron yang ada di Desa Rimba Seminai ini. Artinya, untuk mendapatkan sawit pekebun tidak terlalu sulit.

“Penjual sawit sudah pasti mencari harga yang lebih tinggi,” ucapnya.

Selain itu, usaha Peron Ram Sentosa tidak pernah membayar uang bulanan atau sejenis upeti kepada Kepala Desa (Kades) Rimba Seminai.

Bantuan diberikan untuk sekolah Madrasyah di Desa Rimba Seminal sebesar Rp300 ribu per bulan. Gunanya, untuk kelancaran pendidikan di sekolah itu dan  tidak memberatkan.

TBS yang ada di ram peron sentosa sekali – kali ada menjual ke PKS PT MASG di Peranap.

Itupun, jika harganya jual tinggi sehingga menguntungkan usaha.

Mantan Kades Rimba Seminai, Ali dikonfirmasi (29/5) di Air Molek mengatakan, sejumlah Ram Peron yang ada di desanya ada sekitar 6 lokasi termasuk Ram Peron Sentosa milik Riyan dan Egon Sipahutar.

Dalam persaingan bisnis pembelian TBS dari masyarakat pekebun sawit di Desa Rimba Seminai, tidak mungkin harga beli dan jual TBS diseragamkan untuk semua Peron Ram yang ada.

“Namanya saja bisnis tentu di sana ada persaingan harga,” ujarnya.

Pemilik Ram Peron juga menjual TBS dari pembeliannya milik pekebun sawit. Tentu terserah mereka mau menjualnya ke PKS yang mana dianggap mereka bisa menguntungkan.

Dengan adanya persaingan harga TBS seperti ini, tentu yang diuntungkan masyarakat pekebun sawit itu juga.

Menjawab pertanyaan wartawan, Mantan Kades Rimba seminai ini mengatakan, untuk Desa Rimba Seminai tidak ada lahan kawasan hutan.

“Semua lahan yang dikelola masyarakat merupakan lahan bekas kebun karet yang sudah turun temurun sejak nenek moyang kami,” tegasnya.

Dari 6 lokasi Ram Peron yang ada di Rimba Seminai, tidak ada yang bekerjasama dalam pembelian sawit dengan kepala desa.

Apalagi memberikan semacam fee, itu nggak ada, tegasnya, yang ada para pemilik Ram Peron itu membantu proses belajar mengajar di Madrasyah di desa dengan besaran 300 ribu per bulan.

Lanjut Ali, itupun tidak semua Ram Peron yang memberikan bantuannya.

Pjs Kades Rimbai Seminai, Syamsul dikonfirmasi wartawan (29/5) mengatakan, dirinya baru menjabat Pjs Kades Rimba Seminai sekitar 3 bulan berjalan.

Sehingga segala permasalahan yang ada di desa itu belum secara keseluruhan dapat diketahuinya. Karena, selama ini merupakan pegawai di Kantor Camat Rakit Kulim.

Manajer operasional PKS PT.MASG dikonfirmasi wartawan (29/5) mengatakan, pihaknya tidak pernah memodali para pemilik Ram Peron untuk membeli buah sawit  ke masyarakat.

Pembelian  buah sawit ke masyarakat sudah ada semacam perjanjian kontrak antara satu dengan yang lainnya.

Tentu saja dalam kontrak itu dibunyikan bahwa pihak PKS PT MASG tidak menerima TBS dari sumber yang tidak jelas atau dari kawasan hutan.

Jika ditemukan data dari sumber yang tidak dapat dipertanggung jawabkan atau dari kawasan hutan, maka pemilik peron bertanggung jawab penuh atas TBS yang dijualnya.

"Selamat Datang di MUTIARA INDONESIA , Berita akurat fakta dan terdepan"

Scroll to Top